Senin, 02 Agustus 2010

ilmu kalam 3

H. SEJARAH MUNCULNYA ILMU KALAM & ALIRANNYA

Di awali oleh persoalan politik yaitu terbunuhnya khalifah ke-3 (utsman) oleh kaum pemberontak dari Mesir yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ / “Abu Sauda”, Utsman tewas, melahirkan konsep permasalahan “Apakah tetap beriman / telah kafir, pelaku pembunuh Utsman itu dan atau pelaku dosa (dzolim itu)”? Konsep kafir mukmin melahirkan mazhab ilmu Kalam.dan di antara mazhab-mazhab tersebut adalah :


a.Khawarij
Aliran yang keluar dari barisan ‘Ali setelah arbitrase / majlis tahkim. Karena tidak puas dengan hasil arbtrase, maka mereka keluar dari barisan ‘Ali. Pemimpin ‘Abdullah bin Wahab ar Rosyidi. Dan ia tewas dipertempuran Nahrowan.
Tentang dosa besar menurut mereka “Orang berdosa besar adalah kafir dalam arti keluar dari Islam dna murtad maka ia wajib di bunuh.

b.Mazhab Murji’ah (Menunda)
Maksudnya menunda urusan tentang pelaku dosa besar sampai di akhirat. Tentang tokoh pendirinya, sulit dilacak. Diperkirakan mereka para muhaditsin dan para sahabat yang berpendirian demikian antara lain Abdullah ibnu umar (10 SH- 73 H). Mereka berpendapat Bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang diperlukan terserah pada Allah untuk mengampuni / tidak mengampuni.

c.Mu’tazilah

Nama “Mu’tazilah” bukan ciptaan orang-orang mu’tazilah sendiri, tetapi diberikan oleh orang-orang lain. Orang-orang Mu’tazilah menamakan diri mereka “Ahli Keadilan & Ke-Esaan” (Ahlul adli wat tauhid). Nama “Mu’tazilah” diberian karena :
•Orang-orang Mu’tazilah menyalahi pendapat sebagian umat, karena mereka (orang-orang Mu’tazilah) mengatakan bahwa orang fasik, yaitu orang yang melakukan dosa besar, tidak mukmin dan tidak pula kafir.
•Wasil bin Atho’, pendiri aliran Mu’tazilah, berbeda pendapat dengan gurunya, yaitu Hasan Basri, dalam soal tersebut di atas, yang karenanya ia memisahkan diri dari pelajaran yang diajarkan gurunya & berdiri sendiri, kemudian mendapat pengikut banyak. Kemudian Hasan Basri berkata : “Wasil t elah memisahkan diri dari kami”. Sejak saat itu maka Wasil dan teman-temannya disebut golongan yang memisahkan diri”(Mu’tazilah).
Pendirinya wasil bin atho’ pendapatnya orang berdosa besar bukan kafir. Tetapi bukan pula mukmin. Orang semacam ini menurut mereka orang yang mengambil posisi antara 2 posisi.

d.Mazhab Ahlussunnah (Asy ‘ Ariyah)
Pendiri Abu Hasan Asy- Ary (260 – 324 H) “lebih kurang 600 = Masehi “ dia menentang Mazhab Mu’tazilah. Menurutnya “ Tidak mungkin orang berbuat dosa besar tidak mukmin, tidak kafir maka dirinya tidak kafir/ iman”.
Menurutnya,” Mukmin yang melakukan dosa besar bila wafat tanpa bertobat maka orang itu diampuni dosanya oleh Allah sehingga diakhirat orang itu langsung masuk syurga dan mungkin pula tidak diampuni maka ia dimasukan kedalam neraka dahulu baru masuk syurga.
“Berdasarkan hadits”.

e.Aliran Jabariyah

Menurut Jabariyah “Manusia tidak memiliki kebebasan / kemerdekaan dalam kehendak & perbuatannya, manusia dalam perbuatannya ditentukan oleh Allah.” Adapun ayat-ayat yang membawa kepada paham Jabariyah adalah Al-An’am : 112 yang artinya “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan” dan As-Shaafaat : 96. (وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ) yang artinya “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".

f.Aliran Qodariyah
Menurut aliran Qodariah “ Manusia memiliki kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya”. Adapun ayat-ayat yang membawa kepada pemahaman qodariyah adalah Al-Kahfi : 29 yang artinya Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang lalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek dan Ar-Ra’du : 11 yang artinya
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”


KESIMPULAN

Dengan mempelajari materi kulasi Ilmu Kalam ini, mudah-mudahan dapat memberikan
sedikit pemahaman bagi mahasiswa yang membacanya. Karena Ilmu Kalam ini sangat penting untuk memahami apa-apa yang telah menjadi firqoh-firqoh di dalamnya. Jangan sampai kita ini bersifat taklid terhadap suatu pendapat firqoh saja, melainkan kita harus memahami latar belakang, maksud dan tujuan dari firqoh-firqoh tersebut.

SELESAI

selengkapnya......

ilmu kalam 2

C.SUMBER-SUMBER ILMU KALAM:
1.Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai sumber Ilmu Kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah :
a.Q.S Al-Ikhlas (112) : 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan
diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan-Nya.
b.Q.S Asy-Syura (42) : 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.
c.Q.S Al-Furqan (25) : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang Maha Penyayang
bertahta di atas “Arsy”. Ia pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara keduanya.
d.Q.S Al-Fath (48) : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai “tangan” yang selalu
berada di atas tangan orang-orang yang melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan janji Allah.
e.Q.S Thaha (20): 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “mata” yang
selalu digunakan untuk mengawasi seluruh gerak, termasuk gerakan hati makhluk-Nya.
f.Q.S Ar-Rahman (55) : 27. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan mempunyai “wajah” yang
tidak akan rusak selama-lamanya.
g.Q.S An-Nisa’ (4) : 125. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan menurunkan aturan berupa agama. Seseoarang akan dikatakan telah melaksanakan aturan agama apabila melaksanakannya dengan ikhlas karena Allah.
h.Q.S Luqman (31) : 22. Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang telah menyerahkan
dirinya kepada Allah disebut sebagai orang muhsin.
i.Q.S Ali Imran (3) : 83. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan adalah tempat kembali
segala sesuatu, baik secara terpaksa maupun secara sadar.
j.Q.S Ali Imran (3) :84-85. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhanlah yang menurunkan
petunjuk jalan kepada para nabi.
k.Q.S Al-Anbiya (21) : 92. Ayat ini menunjukkan bahwa manusia dalam berbagai suku,
ras, atau etnis, dan agama apapun adalah umat Tuhan yang satu. Oleh sebab itu, semua umat, dalam kondisi dan situasi apapun, harus mengarahkan pengabdiannya hanya kepada-Nya.
l.Q.S Al-Hajj (22) : 78. Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang yang ingin melakukan
suatu kegiatan yang sungguh-sungguh akan dikatakan sebagai “jihad” kalau dilakukannya hanya karena Allah SWT semata.


2.Hadits

Hadits Nabi saw. Pun banyakmembicarakan masalah-masalah yang dibahas ilmu kalam. Diantaranya adalah :
•Hadits yang artinya : “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya, Pada suatu hari ketika Rasulullah saw. Berkata bersama kaum muslimin, datanglah seorang laki-laki kemudian bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, ‘apakah yang dimaksudkan dengan iman?’ Rasul menjawab,’ Yaitu, kamu percaya kepada Allah, para malaikat, semua kitab yang diturunkan, hari pertemuan dengan-Nya, para rasul dan hari kebangkitan. ‘Lelaki itu bertanya lagi,’Wahai Rasulullah, apakah pula yang dimaksudkan dengan Islam? Rasulullah menjawab, Islam adalah mengabdikan diri kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan perkara lain, mendirikan shalat yang telah difardhukan, mengeluarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.’ Kemudian lelaki itu bertanya lagi,’Wahai Rasulullah! Apakah ihsan itu? Rasulullah saw menjawab, ‘Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranya engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia senantiasa memperhatikanmu.’ Lelaki tersebut bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, bilakah aku tidak lebih tahu darimu, tetapi aku akan ceritakan kepadamu mengenai tanda-tandanya. Apabila seorang hamba melahirkan majikannya, itu adalah sebagian dari tandanya. Apabila seorang miskin menjadi pemimpin masyarakat, itu juga tandanta. Apabila masyarakat yang asalnya pengembala kambing mampu bersaing dalam mendirikan bangunan-bangunan mereka, itu juga tanda akan terjadi kiamat. Hanya lima perkara itu saja sebagian dari tanda-tanda yang kuketahui. Selain dai itu Allah saja Yang Maha Mengetahuinya.’ Kemudian Rasulullah saw, membaca surat Luqman ayat 34,’Sesungguhnya Allah lebih mengetahui bilakah akan terjadi hari kiamat, disamping itu Dialah juga yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim ibu yang mengandung. Tiada seorang pun mengetahui apakah yang
diusahakannya pada keesokan hari, yaitu baik atau jahat, tiada seorang pun yang
mengetahui di manakah dia akan menemui ajalnya. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi amat meliputi pengetahuan-Nya.’ Kemudian lelaki itu beranjak dari situ. Rasulullah saw terus bersabda kepada sahabatnya,’Panggil orang kembali itu.’ Lalu para sahabat mengejar kea rah lelaki tersebut dan memanggilnya kembali, tetapi lelaki tersebut telah hilang. Rasulullah saw. Pun bersabda, ‘lelaki tadi adalah Jibril a.s. kedatangnnya adalah untuk mengajar manusia tentang agama mereka.

Ada pula beberapa hadits yang kemudian dipahami sebagian ulama sebagai prediksi
Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam Ilmu Kalam.
Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadits yang berkaitan dengan faksi umat ini,
yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam, mempunyai sanad yang sangat banyak.
Diantara sanad yang sampai kepada Nabi adalah berasal dari beberapa sahabat, seperti Anas bin Malik, Abu Huairah, Abu Ad-Darda, Jabir, Abu said Al-Khudri, Abu Abi Kaab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abu Ummah, Watsilah bin Al-Aqsa.

3. Pemikiran Manusia
Sebelum filsafat Yunani masuk dan berkembang di dunia Islam sendiri atau pemikiran yang berasal dari luar umat Islam.
Sebenarnya umat islam telah menggunakan rasionalnya untuk menjelaskan hal-hal yang yang berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama dengan yang belum jelas maksudnya (al-mutasyabihat). Keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari beberapa ayat Al-Quran, diantaranya :

Q.S Muhammad (47) : 24
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci?”

( Q.S Qaf (50) : 6-7).
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ وَالأرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
Artinya :
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.”

Ayat serupa dapat ditemukan pada An-Nahl (16) : 68-69, Al-Jaatsiyah(45) : 12-13; Al-Isra’ (17) : 44; Al-An’am (6) : 97-98; At-Taubah (9) : 122; Ath-Thariq (86) : 5-7; Al-Ghatsiyah (88) : 7-20; Shad (38) : 29; Muhammad (47) : 24; An-Nahl : 17; Az-Zumar (39) : 9; Adz-Dzariyat (51) : 47-49, dan lain-lain.

4.Insting

Secara instingtif, manusia selalu ingin ber-Tuhan dan hal ini telah berkembang sejak adanya manusia pertama. Abbas Mahmoud Al-Akkad menyatakan bahwa keberadaan mitos merupakan asal-usul agama di kalangan orang-orang primitif.Dikatakan oleh Mustafa Abdul Ar-Raziq bahwa ilmu ini bermula di tangan pemikir
Mu’tazilah, Abu Hasyim dan kawannya Imam Al-Hasan bin Muhammad bin Hanafiyah.
Orang pertama yang membentangkan pemikiran Islam secara lebih baik dengan logikanya adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh ahli Sunnah Wal Jama’ah, malui tulisan yang terkenal yaitu Al-Maqalat.

D. AQIDAH POKOK YANG DISEPAKATI


Aqidah pokok yang disepakati maksudnya adalah aqidah yang mesti dipercayai oleh setiap muslim, yang merupakan salah satu unsure pertama dari unsure iman. Unsur pokok dari unsur keimanan adalah :

a.Wujud Allah ( Wahdaniyah, Qidam, Baqo, mukhalafatul lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi).
b.Bahwa Allah memiliki di antara hambanya dipandang layak untuk memikul risalah (rasul-rasulnya sejak dari Adam-Muhammad).
c.Adanya malaikat-malaikat, kitab-kitab suci yang merupakan kumpulan wahyu-wahyu Allah dan isi risalah Allah.
d.Mempercayai apa yang terkandung / termuat dalam risalah Tuhan itu antara lain : Iman pada hari akhir & pokok-pokok syariat.
Ke-empat unsur-unsur iman yang disepakati di atas terangkum dalam kalimat syahadat Lailahaillallah kumpulan aqidah Islam, Muhammadarrasulullah pokok-pokok syari’at.Pengakuan bahwa Allah Esa mengandung pengertian kesempurnaan aqidah tentang Allah. Pengakuan terhadap kerasulan Muhammad berarti membenarkan & meyakini dengan sempurna tentang adanya malaikat, kitab, hari akhir, pokok-pokok syari’at & hukum (Al-Baqoroh 177 dan 285).

G. AQIDAH POKOK YANG DIPERSELISIHKAN

Terjadinya perbedaan sudut pandang mengenai soal-soal yang timbul karena membahas aqidah & terjadi perbedaan tujuan / pengertian yang dipahami oleh masing-masing ulama. Padahal ilmu yang demikian itu tidak termasuk aqidah yang dibebankan agama utnuk penganutnya dan bukan pula garis pemisah antara sesame mukmin. Perbedaan pandangan banyak ditemui di kitab Tauhid & ilmu Kalam.
Misal : melihat Allah di syurga dengan mata, tentang dosa besar & tentang hal-hal yang akan terjadi di akhir zaman seperti kedatangan imam Mahdi, Dajjal, Turunnya nabi Isa, dll.
Sejarah perkembangan Ilmu pengetahuan menunjukkan bahwa masalah ini didebatkan untuk membentangkan aqidah-aqidah & persoalan itu menjadi lapangan ijtihad (pemikiran ulama) namun meruncing karena masing-masing mazhab / aliran Kalam mengagungkan pendapat mereka & dijadikan ukuran mana yang diterima / ditolak. Jelasnya disebabkan :
1.Tidak mempunyai dalil yang pasti & tegas. Sehingga ulama berbeda pendapat.
2.Kitab-kitab Tauhid / ilmu Kalam tidak mencakup sekedar soal-soal yang wajib di imani dengan mengungkapkan teori (pandangan) dalam hal yang tidak mempunyai alasan-alasan yang tegas & pasti.

Bersambung ke ilmu kalam 3

selengkapnya......

ilmu kalam I

A.Latar Belakang

Ketika kita berbicara mengenai ilmu kalam, harusnya lebih mengetahui apa hakekat dan faedah atau pun keutamaan dari ilmu tersebut. Sebab, bagaimana mungkin kita sebagai umat muslim ketika menyerukan kebenaran Islam tidak mempunyai ilmu ataupun dasar pemahamannya.
Jadi, ilmu pengetahuan itu lebih didahulukan sebelum beramal. Bahkan ilmu itu merupakan salah satu syarat perkataan dan perbuatan, sebab keduanya menjadi acuan tanpa adanya ilmu. Maka itu, keberadaannya lebih didahulukan daripada keduanya.
Banyak sekali bab-bab yang terdapat di dalam kitab-kitab yang dikarang berbicara tentang perhatian Islam yang begitu besar kepada ilmu, mengenai kedudukan ilmu dan ulama. Bahkan dinyatakan bahwa ulama itu adalah pewaris para Nabi. Para malaikat memayungi para penuntut ilmu dengan sayap-sayapnya karena rela dengan apa yang mereka tuntut itu. Bahwa siapa-siapa yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan kebaikan maka ia akan diberi kefahaman tentang agama. Sesungguhnya ilmu yang benar itulah yang menunjukkan jalan kepada keimanan, dan keimanan yang benar ialah yang membukakan jalan kepada ilmu.
Dinyatakan ilmu lebih utama dai ibadah, lebih utama pula dar pada jihad. Bahwasanya ilmu yang dikehendaki oleh Islam adalah ilmu dunia dan akhirat, ilmu ketuhanan, ilmu tentang kehidupan, ilmu eksperimental dan semua cabang ilmu yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan.
Dapat kami simpulkan bahwa ilmu itu adalah suatu syarat sebelum melakukan sesuatu atau menerapkannya. Sedangkan ilmu Kalam adalah pengantar kepada pemahaman yang lebih luas dalam Ilmu Agama. Dalam memahami Ilmu Agama, langkah pertama dalam
mempelajari ilmu agama adalah dengan cara memahami Aqidah-aqidah pokok yang diajarkan oleh Qur’an dan Hadits, serta memahami perkembangan pemikiran Para ulama dimasa lalu yang kesemuanya itu telah menjadi kajian dalam Ilmu Kalam.
Adapun tujuan utama dari ilmu kalam adalah untuk menjelaskan landasan keimanan umat Islam dalam tatanan yang filosofis dan logis. Bagi orang yang beriman, bukti mengenai eksistensi dan segala hal yang menyangkut dengan Tuhan yang ada dalam al-Qur’an, Hadits,ucapan sahabat yang mendengar langsung perkataan Nabi dan lain sebaganya, sudah cukup. Namun tatkala masalah ini dihadapkan pada dunia yang lebih luas dan terbuka, maka dalil-dalil naqli tersebut tidak begitu berperan. Sebab, tidak semua orang meyakini kebenaran al-Qur’an dan beriman kepadanya. Karenanya diperlukan lagi interpretasi akal terhadap dalil yang sudah ada dalam al-Qur'an tersebut untuk menjelasakannya. Awalnya perbincangan mengenai teologi ini hanyalah debat biasa sebagai diskusi untuk mempertajam pemahaman keIslaman, namun lama-kelamaan ia membentuk sebuah kelompok pro-kontra yang berujuang pada kebencian, permusuhan dan bahkan peperangan.


B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah meteri kulasi ini adalah :
•Apakah ilmu Kalam itu ?
a.Bagaiamana objek kajian ilmu Kalam itu ?
b.Faktor apa yang menyebabkan munculnya ilmu Kalam ini ?
c.Firqoh-firqoh apa saja dalam ilmu Kalam ini ?

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RUANG LINGKUP ILMU KALAM
Ilmu Kalam adalah salah satu dari empat Ilmu Ke-Islaman yaitu : Ilmu Kalam, Fiqih, Tasawuf dan Filsafat. Kajian Ilmu Kalam terfokus pada aspek-aspek ketuhanan dan derivasinya (bentuk-bentuknya). Karena itu sering disebut Teologi Dialektika, Rasional.
Adapun beberapa pendapat ahli mengenai Ilmu Kalam.
•Tidak ada suatu cabang ilmu yang di dalamnya paling banyak pertentangan dan paling banyak perbedaan pendapat selain Ilmu Kalam (Hassan Hanafi).
•Ilmu Kalam tidak memuaskan orang pintar dan tidak memberi manfaat kepada orang bodoh (Hassan Hanafi).
•Setiap orang yang ingin menyelami seluk-beluk agamanya secara mendalam, perlu mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya (Harun Nasution).
Pengertian secara harfiah kata Kalam berarti pembicaraan. Tetapi bukan dalam arti sehari-hari ( ngobrol ) melainkan dalam pengertian “Pembicaraan yang bernalar & menggunakan logika”. Maka ciri utama Ilmu Kalam adalah rasionalitas & Logic. Sehingga ia erat dengan ilmu mantiq/logika. Masing-masing ulama Kalam/Mutakallimiin memberikan batasan / ta’rif Ilmu Kalam berbeda-beda sesuai dengan argumentasi masing-masing.
1.Menurut Al-‘Iji Ilmu Kalam adalah ilmu yang memberi kemampuan untuk menetapkan aqidah-aqidah agama (Islam) dengan mengajukan argumen-argumen untuk melenyapkan keraguan.
2.Menurut Ibnu Kholdun Ilmu Kalam adalah Ilmu yang mengandung argumen-argumen rasional untuk membela aqidah-aqidah imaniah & mengandungpenolakan terhadap golongan bid’ah yang di dalam aqidah menyimpang dari mazhab salaf & ahlussunnah.
3.Menurut Achmad Fuad Al-Ahwani Ilmu Kalam adalah memperkuat aqidah-aqidah agama dengan argumen-argumen rasional.

B. Materi Kajian Ilmu Kalam

1. AQIDAH ISLAM
Aqidah Jama’ dari aqoid artinya apa yang dapat diyakini atau dipercayai oleh hati manusia. Sehingga para ulama Kalam banyak mengarang buku yang berpautan dengan Ilmu
Kalam memberi judul Aqidah antara lain :
•Ibnu Taymiyah : Aqidah Ahlussunnah
•Almaturidiyah : Risalah bil Aqoid
•Al Ghazali : Al Iqtishod Fil I’tiqod

2. SEBAB-SEBAB PENAMAAN
Adapun ilmu ini dinamakan ilmu Kalam, disebabkan :
a.Persoalan yang terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan hijriah ialah apakah Kalam Allah (Al-qur’an) itu qadim atau hadits.
b.Dasar ilmu Kalam ialah dalil-dalil fikiran dan pengaruh dalil fikiran ini tampak jelas dalam pembicaraan para mutakallimin. Mereka jarang mempergunakan dalil naqli (Al-Qur’an dan hadits), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok persoalan terlebih dahulu berdasarkan dalili-dalil fikiran.
c.Dinamakan Ilmu Kalam karena pembicaraan tentang Tuhan dibahas dengan logika. Maksudnya menggunakan dalil-dalil aqliyah ; dari permasalahan masalah sifat-sifat kalam bagi Allah.
Ilmu ini kadang-kadang juga disebut :
1. Ilmu Ushuluddin
Ushûl jamak dari ashl = dasar. Karena itu, ushûl al-dîn = dasar-dasar agama.Dalam Islam, yang paling mendasar adalah syahadat yang mencakup Allah Swt. dan Nabi Muhammad Saw. Karena itu, Ilmu Ushuluddin mendalami segala hal tentang Allah dan Muhammad. Ilmu ini dinamakan ilmu Kalam karena terfokus pada pokok-pokok agama Islam berpokok pada aqidah / keyakinan.

2. Ilmu tauhid
Tawhîd berasal dari kata wahhada yang artinya mengesakan. Tawhîd artinya pengesaan. Ilmu ini adalah ilmu yang membahas segala hal tentang Allah Swt. dalam rangka mengesakan-Nya. Karena masalah ke-Esa-an Allah adalah salah satu bagian dari masalah aqidah.

3. Teologi
Teologi Islam merupakan Istilah lain ilmu kalam, yang diambil dari bahasa Inggris, theology. Wiliam L. Reese mendefinisikannya dengan discourse or reason concerning God (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata William Ockham, Reese lebih jauh mengatakan, “Theology to be a discipline resting on revealed truth independent of both philosophy and science.” (Teologi merupakan ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independesi filsafat dari ilmu pengetahuan). Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman agama secara rasional.

4. Ilmu Jaddal, karena ilmu ini memperdebatkan keadaan Allah berdasarkan akal.


bersambung ke Ilmu Kalam 2

selengkapnya......